Tradingview Widget

Friday, August 4, 2017

Indikator Moving Average

Moving average atau kita sebut sebagai Rerata bergerak adalah salah satu indikator yang banyak digunakan. Indikator Moving Average adalah lagging indicator, atau indikator yg bergerak dibelakang harga. Moving Average kemudian diupayakan untuk lebih responsif terhadap harga, maka kemudian dikembangkan Exponential Moving Average (EMA/ XMA) dan Weighted Moving Average (WMA). Masing-masing varian MA tersebut bisa ditemui di charting software.

Gambar 1. Perbandingan gerakan SMA, EMA dan WMA


Perhatikan Gambar 1. Chart TLKM yang dilengkapi dengan SMA(50) berwarna hijau, EMA(50) berwarna kuning dan WAM(50) berwarna merah. Ketiga varian MA tersebut dengan periode yang sama yaitu 50, tetapi terlihat WMA lebih responsif pada pergerakan harga, tetapi tetap ketinggalan dibanding pergerakan harga. Dengan demikian pemilihan untuk menggunakan varian MA sangat bergantung pada trader yang memilih, menggunakan MA yang mana dalam melakukan analisa pergerakan harga saham.

Saat ini akan digunakan Simple Moving Average (SMA), sedangkan penggunaan EMA dan WMA pada prinsipnya sama saja. Sebagai trendfollower, SMA difungsikan sebagai indikator yang memberikan konfirmasi trend. Sifatnya yang lagging, menguntungkan sebagai indikator yang paling lambat dan jujur saat digunakan menilai trend yang berlangsung. Harga di atas MA, kita katakan uptrend. Sedangkan bila harga di bawah MA, kita katakan downtrend.


Gambar 2. MA(50) dan MACD(12,26,9)

Perhatikan Gambar 2. saat harga berada di antara  garis vertikal kuning bisa diperhatikan, MACD berulangkali naik dan turun golden cross dan death cross bergantian, tetapi selama harga masih berada di atas MA(50), maka masih terus melaju naik. Higher high, higher low terus terjadi. Dengan bantuan MA(50), gerakan indikator MACD mendapatkan bantuan yang cukup baik untuk mengambil keputusan beli, hold ataupun jual.
Sekarang akan dilakukan eksperimen dengan menggunakan 2 buah MA, yaitu MA(50) dan MA(20). Aturan penggunaan 2 buah MA sederhana saja ;

Signal beli saat MA periode pendek memotong MA periode lebih panjang dari bawah ke atas, kita sebut Golden Cross (GC). MA periode pendek memotong MA periode panjang dari atas ke bawah, kita sebut Dead Cross (DC).

Bahan percobaannya adalah saham TLKM selama periode Juni - Agustus 2016, digunakan MA(5) dan MA(20) sebagai sample indikator. Perhatikan Gambar 3. Tanggal 4/5-2017 Saat itu MA dalam posisi DC, sehingga disimpulkan harga akan turun, saham TLKM tidak bagus untuk dibeli.

Gambar 3. TLKM -DC MA(5) vs MA(20)

Sesuai aturan di atas, maka perlu menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembelian saham TLKM. Memang secara kasat mata terlihat TLKM sedang jalan turun, setelah naik cukup tinggi.
Seperti sudah disinggung sebelumnya MA adalah lagging indikator, sehingga harga sudah bergerak turun cukup jauh, baru ada signal sell dari MA.
Selanjutnya terjadi Golden Cross, tepatnya tanggal 11/5-2016. Karena EoD diupdate saat pasar tutup, maka pembelian dilakukan pada hari berikutnya 12/5-2016, diharga 3710, cukup menghibur walaupun saat itu beredar foto Dian Sastro foto bareng DKI-1, bisa terobati dengan TLKM yang GC.

Gambar 4. TLKM GC pada tanggal 11/5-2016

Seperti pada Gambar 4. terjadi kenaikan 1,1% pada saham TLKM. suatu awal yang baik dengan mengikuti signal MA. Selanjutnya, berdasarkan posisi MA yang masih dalam keadaan GC, maka tidak perlu keluar, tetap mengikuti uptrend yang sedang terjadi.
Tanggal 19/5-2016 terjadi peristiwa yang cukup menghebohkan, saham TLKM mengalami koreksi cukup dalam. Gambar 5. memperlihatkan koreksi yang terjadi cukup besar, TLKM di tutup -2,9%.

Gambar 5. TLKM tanggal 19/5-2016


Bagaimana biisa terjadi, apakah TLKM terkena sentimen negatif karena sidang Saiful Jamil yang dilaksanakan hari itu?  Indikator MA dalam keadaan GC, walaupun banyak yang galau dengan sidang Saiful Jamil, tetapi belum saatnya keluar dari saham TLKM. The show must go on. Tetap hold TLKM, apapun hasil sidang.
Terbukti kesabaran dan ketekunan tanpa terpengaruh rumor apapun memberikan hasil. Tanggal 3/6-2016, TLKM break high, naik dengan candle merah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6. TLKM 3/6-2017 break high walaupun dengan candle warna merah.

Kenapa bisa break high, naik tetapi candle merah ya? Cukup mengherankan, mungkin karena saat itu beredar berita mengenai Jessica Iskandar yang jual mobil untuk dijadikan modal. Hallo Neng Jessica, perlu modal buat di pasar saham ya?
Perhatikan gerakan harga TLKM, terus menerus higher high dan higher low. Pertanda uptrend yang sangat bagus. Berapa lama akan bertahan, belum ada yang pasti, selama kondisi MA masih GC, terus ikuti gerakan naiknya.


Gambar 7. TLKM rebound,indikator MA hampir DC.
Tanggal 14/6-2017, pergerakan MA cukup membuat galau, sore hari saat memeriksa chart dengan EoD, ternyata MA(5) sudah meluncur turun mendekati MA(20). Perhatikan Gambar 7. TLKM mulai rebound, tetapi indikator MA malahan berdekatan, hampir DC. Tampaknya indikator MA bereaksi negatif saat beredar kabar Saiful Jamil di vonis 3 tahun. Sungguh menggemparkan, bahkan harga TLKM  naik 0.3% tetapi MA tetap bereaksi negatif. Ini dikarenakan gerakan MA adalah rerata dari 5 candle sebelumnya yang turun cukup jauh.

Gambar 8. TLKM tanggal 29/6-2016 break high dengan candle hijau.

Selama indikator yang kita adopsi dalam sistem trading dalam hal ini adalah MA(5) dan MA(20) belum menunjukkan DC sebagai signal jual, maka saham TLKM tetap di hold.
Terbukti tanggal 29/6-2016, TLKM kembali break high, kali ini dengan candle hijau tinggi, sehingga cukup menyenangkan pemegang saham TLKM.
Mungkin ini adalah cara pasar memberikan hadiah ulang tahun ke-22 untuk Nikita Willy.

Dalam perjalanan berikutnya, TLKM sangat menggembirakan pada tanggal 13/7-2016. Tercatat TLKM mengalami peningkatan 3,9% dan break high. Pada gambar 9 terlihat, tanggal 13/7 TLKM membentuk Morubozu, hari yang benar-benar menggembirakan, karena di hari tersebut Jupe juga memberikan keterangan bahwa dia masih hidup.

Gambar 9. TLKM break high, diikuti koreksi yang cukup dalam.

Hmmm, bahagia itu sederhana, TLKM morubozu dan Jupe masih hidup.
Pasar saham tidak bergerak secara linier, tetapi naik turun mengikuti kondisi pelaku pasar. Bisa jadi banyak penggemar JuPe yang merasa bahagia dan melakukan pembelian besar-besaran pada hari tersebut. Fenomena ini sepertinya akan dipatenkan sebagai Analisa Seleb-mologi.
Berita yang mengecewakan para trader, terutama trader jomblowan sangat berpengaruh. Pada tanggal 15/8-2017, Beredar foto Franda yang cantik dengan suaminya, jelas ini membuat banyak trader patah hati, akibatnya tercermin pada harga TLKM di hari itu tutup -3,3% dan indikator MA menunjukkan DC. Dimulailah fase downtrend. TLKM yang turun, harus dijual besok, seharga 4140.

Gambar 10. TLKM DC, saat nya jual

Ini merupakan pukulan berat untuk para jomblowan, sehingga harus menerima cobaan yang cukup berat.
Apakah harga TLKM akan turun jauh? Berdasarkan signal pada indikator MACD, terlihat indikasi TLKM akan mengalami koreksi, atau setidaknya tidak cukup tenaga untuk melanjutkan penguatan.
Pada Gambar 11. terlihat TLKM bergerak mendatar, walaupun ada peningkatan tetapi masih bisa dikatakan dalam fase sideways. Situasi yang membosankan bagi trader.

Gambar 11. Gerakan TLKM beberapa saat setelah indikator MA menunjukkan DC


Untuk TLKM selama periode 12/5-2016 sampai 16/8-2016, kurang lebih 3 bulan, profit yang dihasilkan adalah sebesar 4140 - 3710 = 430 atau mendapatkan profit sebesar 11,6%. Artinya bila seorang trader membeli saham TLKM pada tanggal 12/5-2016 dengan dana 10jt, maka 3 bulan kemudian dananya telah menjadi 11.600.000,-  hasil yang cukup bagus hanya dengan menggunakan indikator sederhana.
Demikian penjelasan ringan mengenai penggunaan indikator MA yang bisa menghasilkan profit cukup tinggi. Tentu saja penggunaan MA(5) dan MA(20) bisa dimodifikasi sesuai dengan gaya dan tingkat kenyamanan setiap orang. Dengan pengamatan yang cukup panjang, disertai evaluasi dan penyempurnaan sistem trading tentu saja diharapkan bisa memberikan imbal hasil yang lebih baik.
Mengenai konsep Seleb-mology, belum ditemukan hubungan yang cukup kuat antara tingkah selebriti dengan pergerakan harga saham. Apakah kelak hadir seorang analis seleb-mology, jangan ragu untuk menghubungi tim 6sTraderSkill. Kami akan sangat senang mempublikasikan cara analisa terbaru untuk mencapai profit optimal.


Tuesday, August 1, 2017

Analisa saham INDS

Saham INDS mengalami penguatan signifikan, saat ini terlihat akan keluar dari zona sideways. MACD dalam posisi GC, dan terus naik.
Bila dilihat dari volume transaksi, terjadi peningkatan yang seiring dengan kenaikan harga.


Dengan peningkatan seperti ini INDS kemungkinan besar akan menuju target 1030. Bila 1030 dilewati tanpa perlawanan, maka target selanjutnya adalah 1160.


Sunday, July 30, 2017

Analisa saham KAEF

KAEF sedang dalam fase sideways, sepertinya terlihat tanda akan melanjutkan perjalanan ke 3310. Perhatikan level 3310 adalah fibonacci 161,8%, bila KAEF berhasil close di atas 3310, maka kemungkinan akan terus melanjutkan ke 3660.



Melihat MACD masih dalam posisi uptrend, kemungkinan besar, KAEF masih akan terus menguat, ada resisten di 3400 yang merupakan rekor harga tertinggi sepanjang masa. Ini akan sangat menarik bila berhasil tertembus.


Friday, July 28, 2017

Buy On Break

Trader  yang sering memperhatikan ‘Vina cantik’ tentunya sering menemukan istilah "Buy on break" dan "Buy on weakness", sering digunakan sebagai entry level. Penggunaan kedua istilah tersebut sangat luas di pasar saham. Buy on break bisa diartikan beli saat patah, sedangkan buy on weakness bisa dikatakan beli disaat lemah.
Dalam kejadian sesungguhnya, buy on break dilakukan lebih banyak saat trader menunggu konfirmasi, trend sudah terbentuk dan harga bergerak naik. Saat chart menunjukkan ada tanda uptrend, tetapi ada sebagian indikasi yang meragukan, maka trader menunggu saat yg tepat. Saat yang tepat bukan berdasarkan waktu, tetapi berdasarkan level harga tertentu.

Terlihat pada chart #ITMG, garis biru adalah uptrend line longterm, yg berlaku sebagai support, garis hijau juga uptrendline tapi dengan time frame lebih singkat. Garis ungu adalah level S/R berdasarkan historikal price. Sedangkan garis biru di atas adalah downtrendline longterm downtrendline.
Gambaran besarnya akan terlihat seperti berikut;



Saat ‘Vina cantik’ #ITMG dipublish, candle break garis ungu 18900. Kondisi uptrend sudah terlihat, sejak harga #ITMG rebound dari uptrend line biru, tapi belum dikeluarkan rekomendasi, sbg position trader prinsip lebih baik terlambat masuk daripada susah keluar/ nyangkut selalu menjadi alasan utama.
Sebagai kompensasi keterlambatan masuk, target seorang position trader menjadi lebih panjang. Saya sendiri menetapkan target profit >10%, dan resiko loss < 3%. Salah satu syarat tidak terpenuhi, maka  harus ada alasan yang sangat kuat membuka posisi. Analisa tetap dipublish, dengan pertimbangan ada trader yang memiliki profil resiko berbeda.

Lanjut pada chart, saat break R 18900 kenapa gak langsung beli? Bukankah 18900 sudah cukup teruji sebagai level penting? Bisa saja buka posisi sesegera mungkin setelah break 18900, tetapi alasan utama adanya downtrendline biru yg terlalu dekat, sebagai resisten yang terbentuk dari trendline, meskipun belum teruji kekuatannya, tetap harus diwaspadai sebagai titik dimana harga akan berbalik turun. Karena terlalu dekat, potensi profit menjadi kecil. Faktor resiko tetap, reward mengecil, mending liburan, bebas resiko.
Dengan pertimbangan itu ‘Vina cantik’ #ITMG disusun untuk Buy on Break down trendline biru. Target ‘Vina cantik’ menggunakan Fibonacci, tetapi karena kompleksitasnya maka saat ini kita gunakan resisten historikal, yang tidak selisih jauh dengan target Fibonacci.



Saat memutuskan utk buy on break downtrendline, kita harus sadar, pasar bisa berbalik arah kapanpun tidak menutup kemungkinan harga berbalik turun setelah break out.
Contoh kasusnya kita perhatikan chart #PPRO, perhatikan marker hijau;
Harga break resisten, MACD positif,  tetap berbalik turun dan tetap berada dibawah trendline.
Untuk mencegah hal seperti ini level stoploss yang ketat menjadi kunci keberhasilan. Umumnya teknik buy on break berhasil pada saat trend naik kuat. Sebagai teknikal, jangan pernah punya pemikiran harga mahal atau harga murah, 100% based on chart. Trend naik kuat, break resistent, ambil posisi beli, beli harga tinggi,  jual harga lebih tinggi (buy high, sell higher).



Ini contoh #ASII, perhatikan marker hijau, pertama kali break out, kemudian break down (false breakdown) lalu harga naik dan makin menjauh dari downtrendline. Apakah kita bisa mengetahui false break? Tentu saja, kita tau false break setelah kejadian, selama belum terjadi tidak ada indikasi apapun. Kita hanya tahu terjadi breakout/breakdown. Jika kemudian harga berbalik arah setelah break, maka hanya tersisa perasaan ditipu mentah2, dan itu wajar.
Cara yang bisa dipakai untuk menyikapi false break adalah menerapkan "rules of three"
Rules of three ini sederhana saja, sebuah S/R dinyatakan break bila memenuhi kondisi berikut;
  1. Harga closing 3% dibawah S, ataupun close diatas 3% R
Misalnya kita punya R di 300. Klo harga closing di 302, kita masih nyatakan close di R. Tetapi klo closing di 310, kita bisa bernapas lega, R 300 telah break. Hal yg sama berlaku utk S
  1. Harga closing 3 hari bursa berturut-turut di atas R ataupun di bawah S
Misal kita punya R di 300. Senin closing di 306, Selasa closing di 302, Rabu closing di 304. Kita bisa berpendapat R sudah patah. Tapi klo kejadian Senin closing di 312, selasa di 294 dan rabu di 306, artinya R 300 masih kuat bertahan.

Contoh pada chart #ACES



Perhatikan marker merah, meskipun masih bergerak di sekitar R, tapi saat ini udah bisa disebut sebagai support yg kuat, sehingga buy on break di level 860 adalah posisi yang sangat bagus.
Keputusan Buy on Break 860 berdasarkan, pertimbangan #ACES sudah mengakhiri fase koreksi sehat setelah kenaikan yg signifikan pada 17/03-2017. Sebelum 860 break, sangat besar kemungkinan #ACES hanya bergerak dalam range sempit antara garis hijau sebagai support dan 860 sebagai resisten.

- Dipublikasikan pertama kali Sabtu 25/03-2017, melalui group Telegram 6sTraderSkill -

Konsep Pergerakan Harga

Harga bergerak diantara support dan resisten, dari support turun ke support berikutnya atau naik menembus resisten menuju ke resisten berikutnya. Support dan resisten adalah batas-batas maya/unreal/imajiner yang ‘membatasi’ pergerakan. Sebenarnya bukan membatasi, tetapi lebih tepat bila kita katakan sebagai tujuan sementara, seperti menguntit perjalanan seorang gadis cantik dari Bekasi menuju Pacific Place, perjalanan secara garis besar akan seperti ini:
1. Dari rumah ke Pintu Tol Bekasi Barat
2. Bekasi Barat ke Tol Dalam Kota
3. Tol Dalam Kota ke Exit Tol

Masing-masing titik itu bisa kita analogikan sebagai Support dan Resisten. Dari Rumah menuju Blok M kita bisa analogikan sebagai trend.
Kemudian gadis itu tiba di Bekasi Barat, berhenti di tepi jalan, mengamati gerbang tol, ini yang disebut tepat di resisten, kemudian gadis tersebut masuk gerbang tol, melakukan pembayaran. Ini yang kita sebut sebagai break resistent. Arah semakin jelas menuju Pacific Place.
Dalam perjalanan di tol, sesampai di sekitar Jatiwaringin, lalu lintas menjadi padat, perjalanan berlangsung sangat perlahan, gadis tersebut memutuskan keluar di Exit Tol Jatiwaringin dan kembali ke Bekasi Barat. Ini yang kita sebut sebagai false break, atau dalam bahasa kekinian disebut PHP.
Saat di Bekasi Barat, gadis tersebut masuk ke SPBU, membeli roti, air minum, melakukan penarikan melalui ATM lalu kembali ke mobil dan mengisi BBM. Ini kita sebut konsolidasi.
Gadis tersebut meneruskan perjalanan, kali ini masuk Tol Bekasi Barat, saat tiba di sekitar Jatiwaringin ternyata lalu lintas sudah lancar, perjalanan dilanjutkan sampai ke Gerbang Tol Halim. Transaksi dilakukan, dan langsung dihadapkan pada kemacetan panjang. Tidak bisa maju dengan cepat, tapi tidak ada peluang untuk berbalik arah. Tahap ini adalah sideways.
Setelah lepas dari percabangan di Cawang, perjalanan sangat lancar, laju kendaraan naik signifikan, sampai di Exit Komdak, sang gadis ingat, ternyata plat nomernya berangka genap, sedangkan hari ini adalah tanggal ganjil, maka terpaksa meneruskan perjalanan ke Exit Tol Senayan. Ternyata jalan ke arah Palmerah padat, tidak bergerak, maka perjalanan diteruskan ke arah Slipi dan putar balik di Slipi Jaya kembali ke arah Semanggi. Ini yang kita sebut sebagai retracement, balik arah sementara.

Jalanan agak padat, dan saat itu sudah menunjukkan pukul 10.05. Peraturan ganjil genap sudah selesai, maka gadis itu memutuskan untuk lewat Semanggi, menyusuri Jalan Sudirman, dan akhirnya bisa tiba dengan selamat ke Pacific Place, bertemu dengan teman-teman, shopping dan foto-foto. Kembali masuk fase sideways.
Akhirnya tiba waktunya berpisah, gadis yang kita ikuti kembali menyusuri jalan, kali ini dalam perjalanan pulang. Ini yang kita sebut sebagai trend reversal.

Demikian dalam pergerakan harga saham, kita akan menemui berbagai kejadian seperti contoh di atas, harga menembus resisten dan diharapkan naik ternyata akhirnya turun lagi menembus support, atau kejadian sudah terlanjur beli tetapi harga tidak beranjak naik, hanya berkutat disekitar itu saja - naik tidak sampai break resisten, turun gak kena support. Semua ini adalah kejadian sehari-hari di pasar saham, dialami setiap trader, namun hasilnya berbeda menyesuaikan dengan reaksi masing-masing terhadap pergerakan harga. Diharapkan dengan tulisan singkat ini bisa membantu meningkatkan kualitas trading, lebih membumikan istilah yang sering digunakan dalam komunikasi antar trader.

Konsep Analisa Teknikal

Dalam pekerjaan sehari-hari sebagai trader saham, pertanyaan terbesar adalah harga saat ini mahal atau murah? Apakah dengan membeli saat ini akan mendapatkan profit? Apakah harga akan naik? Sampai berapa tingkat kenaikan harga? Turun sampai seberapa?
Cara pertama adalah dengan menggunakan analisa fundamental. Analisa ini cenderung dilakukan oleh para investor, para pemodal yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh perusahaan. Dengan cara mengetahui kondisi perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Berapa besar modalnya, berapa besar profit yang dihasilkan dan berapa besar kerugian yang diderita, berapa dana yang digunakan untuk membayar pegawai, seberapa terkenal produk yang dihasilkan dan yang terpenting apakah ada peningkatan profit yang terjadi selama ini. Analisa fundamental dilakukan dengan cara mempelajari laporan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Nilai seluruh asset perusahaan dibandingkan dengan harga saham perusahaan. Potensi profit yang mungkin diraih dibandingkan dengan kemungkinan pertumbuhan harga saham.
Cara kedua adalah dengan melakukan analisa teknikal. Analisa ini dilakukan oleh para trader yang mencari keuntungan dari fluktuasi harga saham yang terus menerus berubah. Analisa teknikal terlihat sepele, hanya menarik beberapa garis pada grafik/ chart pergerakan harga, membandingkan dengan beberapa grafik pendamping yang disebut indikator, lalu "menebak" level harga beli, dan jual. Hanya semudah itu? Apakah dengan meletakkan beberapa garis saja lalu pasar saham akan bergerak menjual dan membeli sampai harga yang diincar?
Tidak sesimple itu, analisa teknikal seperti seni, sangat subyektif. Sesuatu yang terlihat indah dan menarik untuk seseorang bisa dipandang penuh kebingungan oleh orang lain. Pergerakan harga terlihat acak untuk seseorang tapi terlihat sangat indah bagi yang lain. Bagaimana bisa terjadi? Kenapa harga saham seolah bergerak mengikuti garis yang ditarik secara acak? Kita akan melihat pasar saham dari sudut pandang pedagang/ trader di pasar tradisional untuk menjelaskan konsep support dan resistant.
Para teknikalist menyebut batas bawah sebagai support dan batas atas sebagai resistant. Harga selalu bergerak diantara 2 batas tersebut, konsep pergerakannya bisa dibaca di sini. Bagaimana sebuah support tercipta, bagaimana resisten tercipta? Kita coba ilustrasi seperti berikut.
Seorang pedagang cabe dipasar, saat melakukan transaksi biasanya mencatat minimal mengingat harga pembelian dan penjual yang dilakukan. Kemarin ia membeli di harga 95ribu/kg, bila hari ini harga 98ribu/kg, maka memorinya akan mengatakan harga naik, bila kemudian supply cabe terus masuk, harga turun ke sekitar 96ribu/kg maka sang pedagang akan melakukan penawaran beli di 95ribu/kg. Kenapa? Karena itulah harga yang menurut persepsinya masuk akal, bila kemudian supply terus masuk secara berlebih harga akan turun terus, kemudian pedagang itu mungkin memeriksa catatannya dan mendapatkan harga seminggu lalu terendah di 87ribu/kg, demikian ia akan melakukan penawaran di 87ribu. Bila ternyata ada kompetitor yang melakukan pembelian besar-besaran di harga 89ribu/kg maka pedagang kita tidak akan kebagian supply cabe, maka untuk itu ia akan meningkatkan harga penawarannya ke harga 89ribu atau bahkan 90rb/kg.
Bila kita bisa mengintip catatan pedagang tersebut kita mungkin akan mendapati catatan pembelian seperti berikut:
5/1 88ribu           12/1 92ribu
6/1 90ribu           13/1 94ribu
7/1 93ribu           14/1 95ribu
8/1 87ribu           15/1 97ribu
9/1 91ribu           16/1 99ribu
10/1 92ribu         17/1 101ribu
11/1 89ribu         18/1 97ribu
Di pasar saham terjadi juga seperti ilustrasi tersebut, ada catatan harga transaksi setiap hari, transaksi pembukaan, terendah, tertinggi dan penutupan biasanya diringkas dalam bentuk data End Of Day (EOD), dan ditulis dalam bentuk Open, High, Low, Close (OHLC), dari catatan harian itulah kemudian diterjemahkan dalam bentuk candlesticks chart (chart lilin). Sejauh ini catatan transaksi sudah sama persis, kita bisa melihat transaksi yang terjadi tiap hari dalam sebuah candlesticks chart. sebagai contoh perhatikan chart ADHI berikut.


Transaksi hari terakhir perdagangan terletak di posisi paling kanan. garis-garis biru adalah posisi harga ekstrim yang terjadi pada beberapa hari transaksi sebelumnya, digunakan penanda warna biru utk membantu melihat posisi pengambilan harga ekstrim tersebut.
Support terdekat adalah 1985 merupakan nilai transaksi terendah yang terjadi sebelumnya. Saat pasar dibuka, bila banyak trader yang memandang 1985 sebagai harga yang cukup rendah dan tidak mungkin lebih rendah lagi, maka akan terjadi gelombang pembelian di sekitar 1985, gelombang pembelian ini akan memicu keserakahan trader lain yang melihat harga akan naik dan semakin membesarkan pembelian di sekitar level itu.
Bila yang terjadi sebaliknya, pasar menginginkan harga lebih rendah lagi, maka kemungkinan banyak trader yang menunggu harga di sekitar 1945, mencoba mendapatkan harga lebih murah. Demikian pasar terus bergerak sesuai persepsi pasar dalam memandang harga, sehingga tercipta suatu garis imajiner dalam benak trader yang kemudian akan memicu rasa takut dan serakah. Level-level tersebut akhirnya berubah menjadi angka yang digunakan sebagai batas kenaikan dan penurunan. Itulah yang kemudian dikenal sebagai support dan resistant.

Wednesday, July 26, 2017

Analisa saham BNGA

Saham BNGA dalam trend naik, sehingga walaupun naik turun setiap saat tetapi senantiasa membuat higher high dan higher low.  Hari ini terlihat BNGA mencoba tembus resisten 1300, keliatannya masih akan tertahan beberapa candle lagi.

Setelah break 1300, diperkirakan  BNGA akan menuju ke 1360. bahkan bisa berlanjut ke 1460 bila melihat trend yang terbentuk.

Batasi resiko bila BNGA breakdown MA50, berarti fase sidewaysnya belum berakhir, bagi yang ingin membeli BNGA bisa dilakukan bila BNGA breakout 1300.

Data EoD dengan Frekwensi, Foreign Net Buy/ Sell dan Valuasi Transaksi harian

Kebutuhan data transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia sangat tinggi, setiap institusi mencoba memberikan yang terbaik. Ada berbagai ...