Tradingview Widget

Friday, January 27, 2023

Pasar saham sebagai sumber pendapatan pasif (Passive Income)

In short, passive income is a type of income in which money is generated on a recurring basis with little to no effort.
~ ~
Sederhananya, pendapatan pasif adalah tipikal pendapatan dimana uang dihasilkan berulangkali dengan sedikit bahkan dengan tidak melakukan apapun.
~~

Kim Kiyosaki - Here’s Why You Need Passive Income to be Financial Free

Salah satu sumber pendapatan pasif adalah lewat pasar saham. Di Indonesia dikenal Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi tempat perdagangan saham. Saat tulisan ini dibuat, tercatat 836 emiten ada di BEI dan masih akan terus bertambah dimasa yang akan datang.
Dengan fasilitas on-line trading, aktifitas jual-beli saham bisa dilakukan dari mana saja dengan koneksi internet. Penggunaan smartphone yang lebih luas menjadi pendorong kuat aktifitas trading di BEI. Pada 28 Juni 2022, CNBC melaporkan jumlah investos Pasar Modal Indonesia melampaui 9jt. Mengutip Inarno Djajadi, jumlah investor pasar modal telah meningkat lebih dari 1.57juta single investor identification(SID) lebih dari 21% dari tahun sebelumnya. Dari total jumlah investor Pasar Modal Indonesia, 81.74% di antaranya didominasi oleh investor muda. Untuk investor saham mengalami peningkatan lebih dari 15.6% dari tahun sebelumnya.
Angka pertumbuhan investor tersebut masih belum dipisahkan antara investor aktif sebagai trader dan investor pasif. Investor aktif/ trader bisa diuraikan dalam kategori trader yang sangat aktif bertransaksi harian didominasi oleh para scalper dan fast trader, dan kategori trader yang lebih kalem tipe yang bertransaksi dalam rentang mingguan, bulanan sampai tahunan.
Trader dengan rentang waktu yang lebih panjang lebih menekankan pada pertumbuhan modal secara optimal. Sebagai trader dengan rentang waktu lebih panjang bukan berarti tanpa pengendalian resiko (cutloss) tetapi tentu saja jarak resiko menjadi lebih besar. 
Pada prinsipnya kehidupan sebagai trader adalah sama, mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga. Melakukan pembelian di harga lebih rendah dan menjual di harga yang lebih tinggi. Rentang waktu yang lebih panjang memberikan kesempatan harga bertumbuh lebih jauh, sebagai konsekuensi aktifitas jual-beli menjadi lebih sedikit.
Dalam praktek sehari-hari bisa dilihat pada penggunaan indikator teknikal pada chart yang digunakan. Trader dengan rentang waktu panjang biasanya menggunakan indikator trend seperti MACD, ADX dan Moving Average(MA). Dengan rentang waktu panjang, tentu saja periode MA yang digunakan lebih panjang. Misalnya MA(20) untuk melihat pergerakan harga dalam 20hari(1 bulan) atau MA(50) untuk pergerakan 3 bulan.
Penggunaan indikator MA menjadi favorit karena kemudahan aplikasi. Misalnya dengan melihat harga penutupan di atas garis MA(50) untuk menjadi pertanda / signal beli. Pergerakan MA(50) cenderung lambat sehingga tidak terlalu sering memberikan signal.
Dengan menggunakan indikator moving average, bisa memberikan imbal hasil yang memuaskan. Ide sederhana membeli saat harga memotong naik MA(50) dan menjual saat harga memotong turun MA(50) seperti pada gambar dibawah. 
Gambar 1. Chart SMDR dengan MA(50)


Signal beli didapat saat panah hijau dan signal jual didapat saat panah merah. Dengan rentang waktu sejak 4 Mei 2021 sampai 31 Agustus 2021 - hampir 4 bulan hanya ada 1 signal beli dan 1 signal jual. Keuntungan yang di dapat adalah sebesar 66.3%.
Untuk memperbaiki kinerja, bisa ditambahkan MA(20) sehingga pada chart akan terlihat seperti berikut.
Gambar 2. Chart SMDR dengan MA(50) dan MA(20)


Penambahan MA(20) membantu dalam pengambilan keputusan jual. Bila diperhatikan pada chart, signal jual didapat saat harga tutup dibawah MA(20). Rentang waktu sejak 4 Mei 2021 sampai 10 Agustus 2021 - 3 bulan lebih seminggu, dengan keuntungan 67.15%
Tentu saja penggunaan metode ini memiliki resiko gagal. Harga yang bergerak naik ke atas MA(50) tetapi kemudian turun kembali ke bawah MA(50) atau biasa disebut sebagai false break tidak dapat dihindari, salah satu cara mengurangi resiko tersebut adalah dengan melihat volume transaksi. Penembusan resisten dengan volume besar memberi tanda positif. Sebaliknya volume transaksi kecil bisa menjadi pertanda buruk saat terjadi penembusan resisten. Contohnya pada gambar berikut.
Gambar 3. Chart ACES dengan MA(50)

Gambar 4. Chart ACES dengan MA(50)


Perhatikan saat harga menembus MA(50) dari bawah yang diberi panah hijau, dengan memperhatikan volume transaksi yang relatif kecil dibanding dengan volume transaksi di hari-hari sebelumnya, terbukti harga tidak lama bertahan di atas MA(50) dan kembali turun. Dengan bantuan volume transaksi trader bisa mendapatkan perspektif mengenai penembusan resisten dalam hal ini MA(50).
Dengan menggunakan MA, seorang trader tidak perlu melakukan banyak aktifitas trading. 
Sedikit aktifitas dengan imbal hasil yang memuaskan, tentu saja memberikan kelonggaran waktu yang lebih luas, hal ini membawa trader lebih mendekat ke tujuan menjadikan pasar saham sebagai sumber pendapatan pasif. 

No comments:

Post a Comment

Komentar anda selalu jadi perhatian kami

Data EoD dengan Frekwensi, Foreign Net Buy/ Sell dan Valuasi Transaksi harian

Kebutuhan data transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia sangat tinggi, setiap institusi mencoba memberikan yang terbaik. Ada berbagai ...