Dalam dunia industri, setiap orang dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara berulang sehingga menjadi kebiasaan dan menjadi ahli di bidang tersebut.
Sebutlah dalam sebuah pabrik, seorang pekerja baru akan dilatih untuk mengikuti SOP mulai dari masuk, menyiapkan alat kerja, bekerja sehari penuh hingga jam pulang. Kebiasaan ini dilakukan setiap hari terus menerus sehingga sang pekerja menjadi ahli dan mencapai tahap optimal dalam rantai produksi. Proses ini terus dilakukan untuk mencapai tingkat efisiensi optimal untuk produksi.
Seorang trader pun secara tidak sadar punya rutinitas, bangun pagi, sarapan, membaca berbagai berita ekonomi, menyimak siaran berita ekonomi demi mendapatkan gambaran besar untuk merencanakan kegiatannya. Siklus ini terus berulang sehingga menjadi kebiasaan. Rutinitas yang baik asalkan tetap memperhatikan efisiensi, jangan terjebak dalam rutinitas tetapi tanpa makna.
Seorang trader pun secara tidak sadar punya rutinitas, bangun pagi, sarapan, membaca berbagai berita ekonomi, menyimak siaran berita ekonomi demi mendapatkan gambaran besar untuk merencanakan kegiatannya. Siklus ini terus berulang sehingga menjadi kebiasaan. Rutinitas yang baik asalkan tetap memperhatikan efisiensi, jangan terjebak dalam rutinitas tetapi tanpa makna.
Setiap hari melakukan hal yang sama, terus menerus akan membuat setiap hal berjalan membosankan. Manusia dijadikan seperti mesin, yang khusus mengerjakan 1 hal saja. Proses kreatifitas dimatikan, diganti dengan kebiasaan, menurunkan derajat kemanusiaan yang diberikan akal budi untuk terus berkembang. Setiap orang, termasuk trader, harus keluar dari jebakan rutinitas, mengembangkan diri, mengembalikan derajat manusia sebagai ciptaan tertinggi, yang beraktifitas bukan karena kebiasaan, tetapi bergerak atas dasar kehendak bebas, tanpa keterikatan dalam suatu SOP.
Setiap tindakan yang dilakukan haruslah diketahui tujuan dan latar belakangnya. Dalam kehidupan trader, setiap signal Buy, Sell, Hold, ataupun Averaging harus diketahui tujuan dan latar belakang untuk sampai pada keputusan tindakan tersebut. Adalah suatu hal yang sangat konyol bila mengikuti suatu signal tanpa mengetahui proses analisa, dasar pertimbangan, indikator yang digunakan sehingga bisa menghasilkan suatu keputusan.
Dalam prakteknya, banyak trader yang melakukan rutinitas tanpa menggunakan pemikiran secara merdeka, bahkan sengaja mengikatkan diri pada rutinitas, baik secara sadar ataupun tidak. Contoh ; mengikuti signal Buy / Sell tanpa melakukan pemeriksaan chart sendiri, sangat beresiko karena batas dan tingkat profil resiko setiap orang berbeda, sehingga pemberi signal tentu saja mengambil batas yang menurutnya aman, tetapi belum tentu cocok untuk setiap orang. Contoh lain, seorang yang dengan mudahnya mengadopsi sebuah sistem trading dalam bentuk AFL (Amibroker Formula Language), tanpa mengetahui dasar pengambilan keputusan, semua dikerjakan oleh mesin, dan sang trader hanya mengikuti, tanpa mengerti proses pengambilan keputusan yang sepenuhnya dikendalikan dengan algoritma mesin. Apakah salah? Tidak sepenuhnya salah, tetapi perlu dipertimbangkan dalam penulisan suatu algoritma adalah untuk memanfaatkan inefisiensi pasar yang bisa jadi betul dalam suatu masa, kemudian pasar akan mencari keseimbangan sehingga inefisiensi tersebut perlahan terhapuskan dan algoritma yang tadinya bekerja dengan baik kemudian harus dilakukan penyesuaian.
Setiap tindakan yang dilakukan haruslah diketahui tujuan dan latar belakangnya. Dalam kehidupan trader, setiap signal Buy, Sell, Hold, ataupun Averaging harus diketahui tujuan dan latar belakang untuk sampai pada keputusan tindakan tersebut. Adalah suatu hal yang sangat konyol bila mengikuti suatu signal tanpa mengetahui proses analisa, dasar pertimbangan, indikator yang digunakan sehingga bisa menghasilkan suatu keputusan.
Dalam prakteknya, banyak trader yang melakukan rutinitas tanpa menggunakan pemikiran secara merdeka, bahkan sengaja mengikatkan diri pada rutinitas, baik secara sadar ataupun tidak. Contoh ; mengikuti signal Buy / Sell tanpa melakukan pemeriksaan chart sendiri, sangat beresiko karena batas dan tingkat profil resiko setiap orang berbeda, sehingga pemberi signal tentu saja mengambil batas yang menurutnya aman, tetapi belum tentu cocok untuk setiap orang. Contoh lain, seorang yang dengan mudahnya mengadopsi sebuah sistem trading dalam bentuk AFL (Amibroker Formula Language), tanpa mengetahui dasar pengambilan keputusan, semua dikerjakan oleh mesin, dan sang trader hanya mengikuti, tanpa mengerti proses pengambilan keputusan yang sepenuhnya dikendalikan dengan algoritma mesin. Apakah salah? Tidak sepenuhnya salah, tetapi perlu dipertimbangkan dalam penulisan suatu algoritma adalah untuk memanfaatkan inefisiensi pasar yang bisa jadi betul dalam suatu masa, kemudian pasar akan mencari keseimbangan sehingga inefisiensi tersebut perlahan terhapuskan dan algoritma yang tadinya bekerja dengan baik kemudian harus dilakukan penyesuaian.
Begitulan dalam setiap tindakan manusia, penggunaan akal budi sebagai rahmat yang sangat besar, sudah selayaknya dimaksimalkan. Setiap penolakan untuk menggunakan rahmat adalah suatu penghinaan terhadap kemanusiaan, merendahkan derajat manusia dibawah mesin.
Mari, bersama mengembalikan derajat manusia melebihi mesin, membiarkan mesin mengambil keputusan tanpa melakukan pemeriksaan kembali adalah dosa. Sebagaimana karyawan yang melaksanakan tugas akan kembali diperiksa oleh pimpinan, apalagi pekerjaan yang dilakukan oleh mesin. Menyerahkan keputusan pada mesin sesungguhnya adalah penghinaan pada kapasitas otak manusia. Jadilah manusia yang seutuhnya, manusia yang berkehendak, memilih dan memutuskan tindakan dengan pertimbangan sendiri, menggunakan mesin sebagai bantuan, bukan sebagai penentu.